Sejarah pesawat terbang pada masa Kolonial
Masa Kolonial
DC-2 di lapangan terbang Oelin dekat Banjarmasin pada 1935
Layanan penerbangan dirintis di awal abad ke-20 di Hindia Belanda. Pada 1 Oktober 1924, KLM menggelar penerbangan lintas benua perdananya, menghubungkan Amsterdam dengan Batavia (kini Jakarta) dengan menggunakan pesawat Fokker F-VII. Pada September 1929, KLM memulai layanan penerbangan berjadwal antara Amsterdam dan Batavia. Rute ini menghubungkan Amsterdam ke Marseille, Roma, Brindisi, Athena, Merza Matruh, Kairo, Gaza, Baghdad, Bushire, Lingeh, Ojask, Gwadar, Karachi, Jodhpur, Allahabad, Kalkuta, Akyab, Rangoon, Bangkok, Alor Star, Medan, Palembang, dan Batavia, dan dilanjutkan ke Bandung. Sampai menjelang pecahnya Perang Dunia Kedua, jalur penerbangan ini adalah jalur penerbangan berjadwal terpanjang di dunia.
Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij (KNILM) — maskapai penerbangan Hindia Belanda — didirikan pada 16 Juli 1928. Penerbangan perdana pertamanya menghubungkan Batavia – Bandung, dan Batavia – Semarang, mulai 1 November 1928. Peresmian penerbangan perdananya digelar di lapangan terbang Cililitan di Batavia (kini Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma). Penerbangan Batavia-Semarang kemudian diperpanjang ke Surabaya. Secara bertahap, layanan penerbangannya diperluas dengan menjangkau pulau-pulau lain di Nusantara, antara lain Palembang dan Medan di Sumatera, Balikpapan dan Tarakan di Kalimantan, dan Denpasar di Bali. Segera sebelum Perang Pasifik, KNILM juga membuat jejaring penerbangan di kawasan timur Hindia Belanda, dengan menghubungkan kota Ambon. Untuk keperluan ini, pesawat amfibi yang dapat mendarat di atas permukaan air, seperti pesawat amfibi Vought/Sikorsky VS 42 dan 43 serta Grumman G-21 digunakan, karena kurangnya fasilitas lapangan terbang di kawasan ini.
Seawal tahun 1930, KNILM memulai layanan penerbangan internasional perdananya dengan penerbangan ke Singapura. Pada Juni 1937, beberapa kota di Hindia Belanda disinggahi oleh Amelia Earhart dalam perjalanan penerbangan keliling dunianya. Dari Singapura, Earhart terbang ke Bandung, Surabaya, dan Kupang sebelum melanjutkan penerbangannya ke Darwin, Australia. Pada 3 Juli 1938, KNILM mulai beroperasi di Australia dengan terbang ke Sydney, dengan singgah di Darwin, Cloncurry, dan Charleville. KNILM tidak terbang ke Belanda, karena penerbangan mingguan Amsterdam-Batavia sudah dilayani oleh KLM.
Pada saat serangan Jepang terhadap Hindia Belanda, KNILM digunakan sebagai penerbangan evakuasi serta penerbangan transportasi mengangkut tentara. KNILM ditak dapat beroperasi di Hindia Belanda akibat Perang Dunia II dan dilanjutkan oleh Perang Kemerdekaan Indonesia, selanjutnya perusahaan ini dibubarkan sepenuhnya pada 1 Agustus 1947. Asetnya yang tersisa kemudian dialihkan ke KLM, yang kemudian menciptakan KLM Interinsulair Bedrijf (Layanan Antar Pulau).
Komentar
Posting Komentar